Kamis, 01 Oktober 2015

Budaya, Makanan dan Ciri Khas Kota Pekanbaru Riau

Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama "Senapelan" yang pada saat itu dipimpin oleh seorang Kepala Suku disebut Batin. Daerah yang mulanya sebagai ladang, lambat laun menjadi perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki yang terletak di tepi muara sungai Siak.
Nama Payung Sekaki tidak begitu dikenal pada masanya melainkan Senapelan. Perkembangan Senapelan berhubungan erat dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Semenjak Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah menetap di Senapelan, beliau membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan. Diperkirakan istana tersebut terletak di sekitar Mesjid Raya sekarang. Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah mempunyai inisiatif untuk membuat Pekan di Senapelan tetapi tidak berkembang. Usaha yang telah dirintis tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yaitu disekitar pelabuhan sekarang.
Selanjutnya pada hari Selasa tanggal 21 Rajah 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar), negeri Senapelan diganti namanya menjadi "Pekan Baharu" selanjutnya diperingati sebagai hari lahir Kota Pekanbaru. Mulai saat itu sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai populer sebutan "PEKAN BAHARU", yang dalam bahasa sehari-hari disebut PEKANBARU.
Perkembangan selanjutnya tentang pemerintahan di Kota Pekanbaru selalu mengalami perubahan, antara lain sebagai berikut :
  1. SK Kerajaan Besluit van Her Inlanche Zelf Bestuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru bagian dari Kerajaan Siak yang disebut District.
  2. Tahun 1931 Pekanbaru masuk wilayah Kampar Kiri dikepalai oleh seorang Controleur berkedudukan di Pekanbaru.
  3. Tanggal 8 Maret 1942 Pekanbaru dikepalai oleh seorang Gubernur Militer disebut Gokung, Distrik menjadi Gun dikepalai oleh Gunco.
  4. Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No.103 Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau Kota b.
  5. UU No.22 tahun 1948 Kabupaten Pekanbaru diganti dengan Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru diberi status Kota Kecil.
  6. UU No.8 tahun 1956 menyempurnakan status Kota Pekanbaru sebagai kota kecil.
  7. UU No.1 tahun 1957 status Pekanbaru menjadi Kota Praja.
  8. Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25 tanggal 20 Januari 1959 Pekanbaru menjadi ibukota Propinsi Riau.
  9. UU No.18 tahun 1965 resmi pemakaian sebutan Kotamadya.
  10. UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebutan Kotamadya berubah menjadi Kota.
Saat ini Pekanbaru merupakan ibukota propinsi riau yang sudah berkembang cukup signifikan mengimbangi kota – kota besar lainnya di sumatera.

Makanan khas Riau
Salah satu makanan khas Riau yaitu gulai asam pedas patin. Gulai asam pedas cukup dikenal umumnya di daerah sumatera. Masakan atau makanan pengiring nasi ini merupakan masakan favorit terutama daerah melayu dan minagkabau. Untuk menemukan masakan gulai asam pedas ini tidaklah sulit setiap rumah makan yang ada di daerah riau yang merupakan rumah makan melayu dan minang bisa dijumpai dan senantiasa tersedia.
Orang orang luar riau yang datang ke daerah ini apabila makan di rumah makan maka masakan gulai asam pedas ini tak akan terlupakan. Apalagi jenis ikan yang digulai asam pedas merupakan ikan yang khas pula di daerah riau yakni ikan patin. Ikan patin sangat mudah ditemui di daerah riau terutama daerah Indragiri hulu (rengat _ dan Indragiri hilir (tembilahan). Jenis ikan ini hidup di muara – muara yang berlumpur, paling suka hidup di air payau yang merupakan pertemuan air laut dan air sungai

Ikan patin ini memiliki daging yang lembut dan enak, sepintas terlihat menyerupai ikan lele, warnanya juga sama yakni kehitaman dan juga memiliki sirip yang tajam. Oleh karena itu apabila hendak memegangnya harus berhati – hati jika tidak maka tangan kita dapat tertusuk oleh sirip yang sangat tajam itu. Ikan ini juga termasuk ikan yang ganas, karena sangat rakus terhadap makanan apa saja dan paling suka makan usus ayam yang busuk.
Untuk memasaknya misalnya satu kilogram ikan patin diperlukan satu ons cabe yang digiling halus, lima buat tomat yang sedang digiling halus, jahe, kunyit sebesar ibu jari, serai, daun salam , daun jeruk purut, garam, asam kandis, minyak makan, dan air. Cara pengolahan pertama sekali ikan dipotong – potong dan dibuang bagian dalamnya, kemudian hidupkan kompor serta panaskan kuali. Kuali diberi minyak goring sedikit , setelah cukup panas maka bumbu yang sudah digiling halus ditumis dengan minyak goring, masukkan ikan dan tuangkan air kedalamnya. Masukkan garam secukupnya dan tungg sampai ikan terasa enak dan sudah hilang bau amisnya, setelah itu angkat dan siap dihidangkan.

Sumber:
http://www.wisatapekanbaru.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar